Legenda
Manuk Dadali
Pemeran :
Agung Permana Putra sebagai Dadali
Akbar Berutu sebagai Begawan Kashyapa
Anwar sebagai Dewa Indra
Bandung Surya sebagai Bhatara Wisnu
Ajeng Intan Putri N sebagai Dewi Sita
Citra Sari Dewi sebagai Dewi Jatayu
Destiany Pratiwi sebagai Winata
Mega Feby Gustiani sebagai Kadru
Diceritakan,
dua istri Begawan Kashyapa yaitu Winata dan Kadru melakukan sebuah pertaruhan.
Jika diantara mereka ada yang kalah, maka yang kalah itu harus menjadi budak.
Kadru dibantu oleh anak-anaknya melakukan sebuah kelicikan, sehingga Winata
kalah.
Begawan Kashyapa :
“Ada apa ini?Mengapa kalian ribut seperti ini?”
Winata : “Begini kakanda, Kadru mengajakku untuk melakukan sebuah pertaruhan.”
Begawan Kashyapa : “Apa?Pertaruhan? Sudahlah, untuk apa kalian melakukan pertaruhan itu?”
Kadru : “Sudahlah kakanda, ini hanya untuk bersenang-senang saja. Kau tidak usah khawatir”
Winata : “Betul apa yang dikatakan Kadru !”
Begawan Kashyapa : “Baiklah, terserah kalian saja.”
Winata : “Begini kakanda, Kadru mengajakku untuk melakukan sebuah pertaruhan.”
Begawan Kashyapa : “Apa?Pertaruhan? Sudahlah, untuk apa kalian melakukan pertaruhan itu?”
Kadru : “Sudahlah kakanda, ini hanya untuk bersenang-senang saja. Kau tidak usah khawatir”
Winata : “Betul apa yang dikatakan Kadru !”
Begawan Kashyapa : “Baiklah, terserah kalian saja.”
Akhirnya, pertaruhan itupun dimulai, Kadru
meminta siapa yang bisa membuat perahu dalam satu malam, dialah pemenangnya.
Tetapi, Kadru dan kedua anaknya melakukan kecurangan.
Begawan Kashyapa :
“Baiklah, apa pertaruhannya?”
Winata : “Iya benar, apa pertaruhannya, Kadru?”
Kadru : “Baiklah, pertaruhannya adalah barang siapa yang bisa membuat perahu dalam satu malam, dialah pemenangnya. Tapi, jika diantara Aku dan Winata terdapat yang kalah, dia harus menjadi budak sang pemenang. Apa semuanya setuju?”
Dadali : “Aku setuju.”
Winata : “Aku juga, bagaimana dengan kau kakanda?”
Begawan Kashyapa : “Karna semuanya telah setuju, aku mengikuti saja.”
Winata : “Iya benar, apa pertaruhannya, Kadru?”
Kadru : “Baiklah, pertaruhannya adalah barang siapa yang bisa membuat perahu dalam satu malam, dialah pemenangnya. Tapi, jika diantara Aku dan Winata terdapat yang kalah, dia harus menjadi budak sang pemenang. Apa semuanya setuju?”
Dadali : “Aku setuju.”
Winata : “Aku juga, bagaimana dengan kau kakanda?”
Begawan Kashyapa : “Karna semuanya telah setuju, aku mengikuti saja.”
Winata dan Kadru pun segera membuat perahu
di tempatnya masing-masing. Pada saat Winata hampir menyelesaikan perahunya
itu, Kadru menyuruh kedua anaknya yaitu Dewi Jatayu untuk mengajak Winata ke
suatu tempat, sementara Kadru menyuruh DewiSita untuk menghancurkan perahu
milik Winata.
Kadru :
“Kurang ajar !”
Dewi Jatayu : “Kenapa Ibunda? Mengapa kau bermuran durja seperti itu?”
Kadru : “Winata !!!!” (dengan sinis)
Dewi Sita : “Ada apa dengan Winata, Ibu?”
Kadru : “Dia hampir menyelesaikan perahunya, sementara aku, setengah jadipun belum !” (marah)
Dewi Jatayu : “Lalu, apa yang harus kami lakukan?”
Kadru : “Begini, kau Jatayu, kau ajak Winata pergi ke suatu tempat. Dan kau Sita, setelah Winata meninggalkan perahunya, kau rusakkan perahu miliknya. Lalu kembali kesini.”
Jatayu dan Sita : “Baik Ibu”
Dewi Jatayu : “Kenapa Ibunda? Mengapa kau bermuran durja seperti itu?”
Kadru : “Winata !!!!” (dengan sinis)
Dewi Sita : “Ada apa dengan Winata, Ibu?”
Kadru : “Dia hampir menyelesaikan perahunya, sementara aku, setengah jadipun belum !” (marah)
Dewi Jatayu : “Lalu, apa yang harus kami lakukan?”
Kadru : “Begini, kau Jatayu, kau ajak Winata pergi ke suatu tempat. Dan kau Sita, setelah Winata meninggalkan perahunya, kau rusakkan perahu miliknya. Lalu kembali kesini.”
Jatayu dan Sita : “Baik Ibu”
Disisi lain, Winata sedang mengerjakan
perahunya ini.
Winata :
“Alhamdulillah ya, sol sepatu. Akhirnya aku hampir menyelesaikan perahunya.”
Datanglah
Dewi Jatayu
Dewi Jatayu :
“Tante Winata !!”
Winata : “Iya”
Dewi Jatayu : “Ada yang baru lho”
Winata : “Apa?”
Dewi Jatayu : “Ini dia, oreo aiskrim rasa orange”
Winata : “Hah, jarukk.. diputar, dijilat,dicelupin”
Dewi Jatayu : “brrr”
Winata : “Halah geje ! Ada apa gerangan datang menemuiku?
Dewi Jatayu : “Kau harus membantuku”
Winata : “Membantu apa?”
Dewi Jatayu : “Pokoknya kau harus ikut aku segera. Ibuku sedang sibuk membuat perahunya, jadi dia tidak bisa membantu”
Winata : “Baiklah.”
Winata : “Iya”
Dewi Jatayu : “Ada yang baru lho”
Winata : “Apa?”
Dewi Jatayu : “Ini dia, oreo aiskrim rasa orange”
Winata : “Hah, jarukk.. diputar, dijilat,dicelupin”
Dewi Jatayu : “brrr”
Winata : “Halah geje ! Ada apa gerangan datang menemuiku?
Dewi Jatayu : “Kau harus membantuku”
Winata : “Membantu apa?”
Dewi Jatayu : “Pokoknya kau harus ikut aku segera. Ibuku sedang sibuk membuat perahunya, jadi dia tidak bisa membantu”
Winata : “Baiklah.”
Winata dan Jatayu pun pergi, lalu datang
Dewi Sita. Ia mengahancur-hancurkan perahu milik Winata.
Dewi Sita :
“(sambil mengendap-ngendap, ia mengancurkan perahu itu) hahahaha, mampus lo winata
!”
Dewi Sita pun pergi dan Winata datang sambil terheran-heran.
Winata :
“Ya ampyunn,Oh my god, Yetiiiii !! saha ieu teh nu geus ngarusak parahu aing !
duh ampun gusti !”
Dadali : “Kunaon ari mamih?”
Winata : “Ini perahu mamih teh ada yang ngerusak” (sambil menangis)
Dadali : “Terus bagaimana?”
Winata : “Yah, pasrah sajalah”
Dadali : “Kunaon ari mamih?”
Winata : “Ini perahu mamih teh ada yang ngerusak” (sambil menangis)
Dadali : “Terus bagaimana?”
Winata : “Yah, pasrah sajalah”
Kadru,Jatayu,dan Sita pun tertawa puas,
karna ia tahu, ia akan menjadi pemenang. Dan Winata pun akan menjadi budaknya
Waktu
telah habis, Winata dan Kadru membawa perahunya
Begawan Kashyapa :
“Mana perahumu, Winata?”
Winata : “Perahuku hancur”
Begawan Kashyapa : “Bagaimana bisa hancur?”
Winata : “Saat itu, Jatayu menagajakku pergi. Ketika aku kembali perahunya sudah amburadul.”
Kadru : “Alasan kau, nilang saja kau belum menyelesaikannya”
Begawan Kashyapa : “Sudah ! Berarti sekarang kita sudah mengetahui pemenangnya. Kadru lah pemenangnya”
Kadru : “Winata, kau harus menjadi budakku”
Winata : “Baik.”
Dadali : “Tunggu, mamihku tidak salah. Ia dicurangi”
Kadru : “Dicurangi siapa?”
Dadali : “Aku tidak tahu, kau harus melepaskan Ibuku”
Kadru : “Ada syaratnya”
Dadali : “Apa itu?”
Kadru : “Kau harus membawakanku Tirta Amertha”
Dadali : “Apa itu Tirta Amertha?Dan dimana aku harus mencarinya?”
Kadru : “Itu adalah sebuah air suci. Kau harus mengambilnya di tempat para Dewa. Kau harus berperang dengan Dewa Indra, sang Dewa perang”
Dadali : “Baik, tapi aku tak mungkin lakukan itu seorang diri”
Winata : “Perahuku hancur”
Begawan Kashyapa : “Bagaimana bisa hancur?”
Winata : “Saat itu, Jatayu menagajakku pergi. Ketika aku kembali perahunya sudah amburadul.”
Kadru : “Alasan kau, nilang saja kau belum menyelesaikannya”
Begawan Kashyapa : “Sudah ! Berarti sekarang kita sudah mengetahui pemenangnya. Kadru lah pemenangnya”
Kadru : “Winata, kau harus menjadi budakku”
Winata : “Baik.”
Dadali : “Tunggu, mamihku tidak salah. Ia dicurangi”
Kadru : “Dicurangi siapa?”
Dadali : “Aku tidak tahu, kau harus melepaskan Ibuku”
Kadru : “Ada syaratnya”
Dadali : “Apa itu?”
Kadru : “Kau harus membawakanku Tirta Amertha”
Dadali : “Apa itu Tirta Amertha?Dan dimana aku harus mencarinya?”
Kadru : “Itu adalah sebuah air suci. Kau harus mengambilnya di tempat para Dewa. Kau harus berperang dengan Dewa Indra, sang Dewa perang”
Dadali : “Baik, tapi aku tak mungkin lakukan itu seorang diri”
Bhatara Wisnu pun datang, Ia akan membantu
Dadali.
Bhatara Wisnu : “Aku, aku yang akan membantu Dadali”
Kadru : “Baiklah, kau pergi dengannya.”
Kadru : “Baiklah, kau pergi dengannya.”
Dadali
dan Bhatara Wisnu pun pergi menuju tempat para Dewa
Dadali : “Apa kau yakin akan membantuku?”
Bhatara Wisnu : “Yakin, ayo kita sudah sampai”
Dadali : “Dewa Indra, dimana kau?”
Dewa Indra : “Aku disini, untuk apa kau memanggilku?”
Dadali : “Aku ingin mengambil Tirtha Amerta”
Dewa Indra : “Tidak semudah itu, kau harus melawanku terlebih dahulu”
Dadali : “Baiklah, ayo Bahatara Wisnu”
Bhatara Wisnu : “Tentu”
Dadali : “Apa kau yakin akan membantuku?”
Bhatara Wisnu : “Yakin, ayo kita sudah sampai”
Dadali : “Dewa Indra, dimana kau?”
Dewa Indra : “Aku disini, untuk apa kau memanggilku?”
Dadali : “Aku ingin mengambil Tirtha Amerta”
Dewa Indra : “Tidak semudah itu, kau harus melawanku terlebih dahulu”
Dadali : “Baiklah, ayo Bahatara Wisnu”
Bhatara Wisnu : “Tentu”
Perang pun terjadi, singkat ceritanya dengan
kesakitan Dadali dan dibantu Bhatara Wisnu. Ia pun dapat mengambil Tirta
Amertha. Dan pulang menemui sang Mamih.
Dadali :
“Mamih, aku berhasil”
Winata : “Kau memang pemberani Dadali”
Dadali : “Kadru, tolong lepaskan mamihku. Dan ini yang kau inginkan”
Kadru : “Baiklah..”
Winata : “Kau memang pemberani Dadali”
Dadali : “Kadru, tolong lepaskan mamihku. Dan ini yang kau inginkan”
Kadru : “Baiklah..”
Akhirnya, Winata pun terlepas dari
cengkraman Kadru. Sebagai balas budi sekaligus karna sifat setia dan rela
berkorban yang dimiliki Dadali, akhirnya Bhatara Wisnu meminta Dadali untuk menjadi
Wahananya. Dan Kadru pun bahagia telah memiliki Tirta Amertha itu.
Happy
Ending~
Karya : Destiany Pratiwi 8H
Karya : Destiany Pratiwi 8H