Jumat, 30 Maret 2012

Teater Senibudaya kelompok I Kelas 8H SMPN 38 Bandung


Legenda Manuk Dadali

Pemeran :
Agung Permana Putra sebagai Dadali
Akbar Berutu sebagai Begawan Kashyapa
Anwar sebagai Dewa Indra
Bandung Surya sebagai Bhatara Wisnu
Ajeng Intan Putri N sebagai Dewi Sita
Citra Sari Dewi sebagai Dewi Jatayu
Destiany Pratiwi
sebagai Winata
Mega Feby Gustiani
sebagai Kadru
     Diceritakan, dua istri Begawan Kashyapa yaitu Winata dan Kadru melakukan sebuah pertaruhan. Jika diantara mereka ada yang kalah, maka yang kalah itu harus menjadi budak. Kadru dibantu oleh anak-anaknya melakukan sebuah kelicikan, sehingga Winata kalah.
Begawan Kashyapa     : “Ada apa ini?Mengapa kalian ribut seperti ini?”
Winata                     : “Begini kakanda, Kadru mengajakku untuk melakukan sebuah pertaruhan.”
Begawan Kashyapa     : “Apa?Pertaruhan? Sudahlah, untuk apa kalian melakukan pertaruhan itu?”
Kadru                       : “Sudahlah kakanda, ini hanya untuk bersenang-senang saja. Kau tidak usah khawatir”
Winata                     : “Betul apa yang dikatakan Kadru !”
Begawan Kashyapa     : “Baiklah, terserah kalian saja.”
        Akhirnya, pertaruhan itupun dimulai, Kadru meminta siapa yang bisa membuat perahu dalam satu malam, dialah pemenangnya. Tetapi, Kadru dan kedua anaknya melakukan kecurangan.
Begawan Kashyapa     : “Baiklah, apa pertaruhannya?”
Winata                     : “Iya benar, apa pertaruhannya, Kadru?”
Kadru                       : “Baiklah, pertaruhannya adalah barang siapa yang bisa membuat perahu dalam satu malam, dialah pemenangnya. Tapi, jika diantara Aku dan Winata terdapat yang kalah, dia harus menjadi budak sang pemenang. Apa semuanya setuju?”
Dadali                       : “Aku setuju.”
Winata                     : “Aku juga, bagaimana dengan kau kakanda?”
Begawan Kashyapa     : “Karna semuanya telah setuju, aku mengikuti saja.”
        Winata dan Kadru pun segera membuat perahu di tempatnya masing-masing. Pada saat Winata hampir menyelesaikan perahunya itu, Kadru menyuruh kedua anaknya yaitu Dewi Jatayu untuk mengajak Winata ke suatu tempat, sementara Kadru menyuruh DewiSita untuk menghancurkan perahu milik Winata.
Kadru                       : “Kurang ajar !”
Dewi Jatayu              : “Kenapa Ibunda? Mengapa kau bermuran durja seperti itu?”
Kadru                       : “Winata !!!!” (dengan sinis)
Dewi Sita                  : “Ada apa dengan Winata, Ibu?”
Kadru                       : “Dia hampir menyelesaikan perahunya, sementara aku, setengah jadipun belum !” (marah)
Dewi Jatayu              : “Lalu, apa yang harus kami lakukan?”
Kadru                       : “Begini, kau Jatayu, kau ajak Winata pergi ke suatu tempat. Dan kau Sita, setelah Winata meninggalkan perahunya, kau rusakkan perahu miliknya. Lalu kembali kesini.”
Jatayu dan Sita        : “Baik Ibu”
        Disisi lain, Winata sedang mengerjakan perahunya ini.
Winata                     : “Alhamdulillah ya, sol sepatu. Akhirnya aku hampir menyelesaikan perahunya.”
Datanglah Dewi Jatayu
Dewi Jatayu              : “Tante Winata !!”
Winata                     : “Iya”
Dewi Jatayu              : “Ada yang baru lho”
Winata                     : “Apa?”
Dewi Jatayu              : “Ini dia, oreo aiskrim rasa orange”
Winata                     : “Hah, jarukk.. diputar, dijilat,dicelupin”
Dewi Jatayu              : “brrr”
Winata                     : “Halah geje ! Ada apa gerangan datang menemuiku?
Dewi Jatayu              : “Kau harus membantuku”
Winata                     : “Membantu apa?”
Dewi Jatayu              : “Pokoknya kau harus ikut aku segera. Ibuku sedang sibuk membuat perahunya, jadi dia tidak bisa membantu”
Winata                     : “Baiklah.”
        Winata dan Jatayu pun pergi, lalu datang Dewi Sita. Ia mengahancur-hancurkan perahu milik Winata.
Dewi Sita                  : “(sambil mengendap-ngendap, ia mengancurkan perahu itu) hahahaha, mampus lo winata !”
Dewi Sita pun pergi dan Winata datang sambil terheran-heran.
Winata                     : “Ya ampyunn,Oh my god, Yetiiiii !! saha ieu teh nu geus ngarusak parahu aing ! duh ampun gusti !”
Dadali                       : “Kunaon ari mamih?”
Winata                     : “Ini perahu mamih teh ada yang ngerusak” (sambil menangis)
Dadali                       : “Terus bagaimana?”
Winata                     : “Yah, pasrah sajalah”
        Kadru,Jatayu,dan Sita pun tertawa puas, karna ia tahu, ia akan menjadi pemenang. Dan Winata pun akan menjadi budaknya
Waktu telah habis, Winata dan Kadru membawa perahunya
Begawan Kashyapa     : “Mana perahumu, Winata?”
Winata                     : “Perahuku hancur”
Begawan Kashyapa     : “Bagaimana bisa hancur?”
Winata                     : “Saat itu, Jatayu menagajakku pergi. Ketika aku kembali perahunya sudah amburadul.”
Kadru                       : “Alasan kau, nilang saja kau belum menyelesaikannya”
Begawan Kashyapa     : “Sudah ! Berarti sekarang kita sudah mengetahui pemenangnya. Kadru lah pemenangnya”
Kadru                       : “Winata, kau harus menjadi budakku”
Winata                     : “Baik.”
Dadali                       : “Tunggu, mamihku tidak salah. Ia dicurangi”
Kadru                       : “Dicurangi siapa?”
Dadali                       : “Aku tidak tahu, kau harus melepaskan Ibuku”
Kadru                       : “Ada syaratnya”
Dadali                       : “Apa itu?”
Kadru                       : “Kau harus membawakanku Tirta Amertha”
Dadali                       : “Apa itu Tirta Amertha?Dan dimana aku harus mencarinya?”
Kadru                       : “Itu adalah sebuah air suci. Kau harus mengambilnya di tempat para Dewa. Kau harus berperang dengan Dewa Indra, sang Dewa perang”
Dadali                       : “Baik, tapi aku tak mungkin lakukan itu seorang diri”
        Bhatara Wisnu pun datang, Ia akan membantu Dadali.
Bhatara Wisnu          : “Aku, aku yang akan membantu Dadali”
Kadru                       : “Baiklah, kau pergi dengannya.”
Dadali dan Bhatara Wisnu pun pergi menuju tempat para Dewa
Dadali                       : “Apa kau yakin akan membantuku?”
Bhatara Wisnu          : “Yakin, ayo kita sudah sampai”
Dadali                       : “Dewa Indra, dimana kau?”
Dewa Indra               : “Aku disini, untuk apa kau memanggilku?”
Dadali                       : “Aku ingin mengambil Tirtha Amerta”
Dewa Indra               : “Tidak semudah itu, kau harus melawanku terlebih dahulu”
Dadali                       : “Baiklah, ayo Bahatara Wisnu”
Bhatara Wisnu          : “Tentu”
        Perang pun terjadi, singkat ceritanya dengan kesakitan Dadali dan dibantu Bhatara Wisnu. Ia pun dapat mengambil Tirta Amertha. Dan pulang menemui sang Mamih.
Dadali                       : “Mamih, aku berhasil”
Winata                     : “Kau memang pemberani Dadali”
Dadali                       : “Kadru, tolong lepaskan mamihku. Dan ini yang kau inginkan”
Kadru                       : “Baiklah..”
        Akhirnya, Winata pun terlepas dari cengkraman Kadru. Sebagai balas budi sekaligus karna sifat setia dan rela berkorban yang dimiliki Dadali, akhirnya Bhatara Wisnu meminta Dadali untuk menjadi Wahananya. Dan Kadru pun bahagia telah memiliki Tirta Amertha  itu.
Happy Ending~

Karya : Destiany Pratiwi 8H

Minggu, 25 Maret 2012

Struktur Organigram Jurnalistik SMPN 38 Bandung

Pembimbing Jurnalistik : NurtaniaPuriZain (Ms.Puri)
Ketua Jurnalistik : Dhiny Sri Jayanti (8B)
Wakil ketua Jurnalistik : Neng Kuraesin (8H)
Sekretaris I Jurnalistik : Mega Feby Gustiani (8H)
Sekretaris II Jurnalistik : Ayu Lestari (8B)
Bendahara I Jurnalistik : Mutiara Dwita (8D)
Bendahara II Jurnalistik :
Seksi Absensi I Jurnalistik : Anggi Puspita Marselina (8A)
Seksi Absensi II Jurnalistik : Tri Setiani Nurhaliza (8H)

Anggota :
Muhammad Hazmiki Akbar (8A)
Muhammad Naufal Ridwansyah (8A)
Jody Sebastian (8A)
Aldi Muhammad Iqbal (8A)
Heri (8A)
Ilham Nurkamal (8A)
Muhammad Ferhadz Fauzan (8J)
Willy Ekwara (8A)

Dian Andriani Aulia (8D)
Salma Auliansyah (8A)
Novita Ardianti (8H)
Apsharini Putri Komara (8I)
Intan Manisa Aulia Putri (8I)
Yelisda Revliana Fathur (8H)
Mia Yulia (8E)
Zidni Hanifa Rahman (8A)

Kegiatan Jurnalistik di SMPN 38 Bandung

Jurnalistik adalah ekstrakulikuler ter-kece 38 Bandung ini :D
Rata-rata anak yang mengikuti Jurnalistik itu eksis,narsis, dan kece B-)
Dan anak-anak yang mengikuti Jurnalistik di SMPN 38 Bandung mempunyai potensi yang sangat bagus diantaranya kekreatifan dari anak-anak tersebut untuk membangun lebih baik SMPN 38 ini..

Mau tau kegiatan Jurnalistik di SMPN 38 Bandung? Ini dia Kegiatannya..:
1. Mading
Setiap seminggu sekali Jurnalistik membuat mading agar siswa dan siswi SMPN 38 ini menyukai ekstrakulikuler Jurnalistik
2. Siaran Radio
Di setiap waktu luang/istirahat sekolah, biasanya anak Jurnalistik melakukan kegiatan Siaran yang tujuannya agar semua siswa dan siswi SMPN 38 Bandung ini tidak bosan dengan istirahatnya.

Lebih banyaknya nanti disampaikan lagi ya :)

Pengertian Jurnalistik


Ilmu jurnalistik adalah salah satu ilmu terapan (applied science) dari ilmu komunikasi, yang mempelajari keterampilan seseorang dalam mencari, mengumpulkan,
menyeleksi, dan mengolah informasi yang mengandung nilai berita menjadi karya jurnalistik, serta menyajikan kepada khalayak melalui media massa periodik, baik cetak maupun elektronik.
Ilmu jurnalistik adalah bagian dari ilmu publisistik (to publish = publikasi). Publisistik sendiri merupakan bagian dari ilmu komunikasi. Makna jurnalistik adalah hal ihwal yang berhubungan dengan persurat-kabaran (media massa cetak = pers). Secara lebih sederhana, jurnalistik sering diartikan sebagai ilmu tentang tulis-menulis di media massa. Padanan ilmu jurnalistik adalah pengetahuan kewartawanan. Hingga jurnalis juga dipadankan dengan wartawan, yang merupakan profesi untuk memperoleh informasi guna disebarluaskan ke masyarakat melalui media massa cetak. Sekarang profesi jurnalis / wartawan tidak hanya terkait dengan media massa cetak, melainkan juga radio, televisi, kantor berita dan multi media (web site).

Secara harfiah (etimologis, asal usul kata), jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau hal-ihwal pemberitaan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day) atau “catatan harian” (diary). Dalam bahasa Belanda journalistiek artinya penyiaran catatan harian.
1. Jurnalistik : yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran. (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
2. Jurnalistik: “kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis surat kabar, majalah, atau berkala lainnya”. (Kamus Umum Bahasa Indonesia).
3. Jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari (pada hakikatnya dalam bentuk penerangan, penafsiran dan pengkajian) secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada. (Ensiklopedi Indonesia).
4. Jurnalistik adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, menyunting dan menyebarkan berita dan karangan utuk surat kabar, majalah, dan media massa lainnya seperti radio dan televisi. (Leksikon Komunikasi).
5. Journalism: the profession of gathering, writing, editing, publishing news, as for the newspaper and other print and broadcast media. Journal: a daily & diary record, hence sometimes used as a synonym for a newspaper, a printed record of proceeding. (Webster’s New World: Dictionary of Media and Communication).
6. Journalism is the craft of conveying news, descriptive material and comment via a widening spectrum of media. These include newspapers, magazines, radio and television, the internet and even, more recently, the cellphone. (Wikipedia).
7. Journalist is the occupation if editing and writing newspaper and magazines. (Webster Tower Dictionary)
8. Jurnalistik adalah proses kegiatan mengolah, menulis, dan menyebarluaskan berita dan atau opini melalui media massa. (Asep Syamsul M. Romli. 2003. Jurnalistik Dakwah. Bandung: Rosda).
9. Journalism ambraces all the forms in which and trough which the news and moment on the news reach the public. (F. Fraser Bond).
10. Jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya. (M. Djen Amar).
11. Jurnalistik adalah suatu kepandaian praktis mengumpulkan, mengedit berita untuki pemberitaan dalam surat kabar, majalah, atau terbitan terbitan berkala lainnya. Selain bersifat ketrampilan praktis, jurnalistik merupakan seni. (M. Ridwan).
12. Jurnalistik adalah teknik mengelola berita sejak dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada khalayak. Pada mulanya jurnalistik hanya mengelola hal-hal yang sifatnya informatif saja. (Onong U. Effendi).
13. Jurnalistik adalah semacam kepandaian karang-mengarang yang pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya. (Adinegoro).
14. Jurnalistik adalah segala sesuatu yang menyangkut kewartawanan (Summanang).
15. Jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematis dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran. (Roland E. Wolseley).
16. Jurnalistik adalah kegiatan pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari. (Astrid S. Susanto).
17. Jurnalistik adalah pengiriman informasi dari sini ke sana dengan benar, seksama, dan cepat, dalam rangka membela kebenaran dan keadilan. (Erik Hodgins).
18. Jurnalistik merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peritiwaatau kejadian sehari-hari yang aktualdan factual dalam waktu yang secepat-cepatnya. (A.W. Widjaya).
19. Definisi tentang jurnalistik cukup banyak. Namun dari definisi-definisi tersebut memiliki kesamaan secara umum. Semua definisi juranlistik memasukan unsur media massa, penulisan berita, dan waktu yang tertentu (aktualitas). (A. Muis).
20. Pengertian jurnalistik menurut ilmu publisistik adalah hal-hal yang berkaitan dengan menyiarkan berita atau ulasan berita tentang peristiwa sehari-hari yang umum dan actual dengan secepat-cepatnya. (Amilia Indriyati)